Menumbuhkan budaya kreativitas riset di kalangan akademisi Indonesia merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi tantangan global di era digital ini. Budaya kreativitas riset adalah kunci utama untuk menciptakan inovasi dan solusi baru dalam berbagai bidang.
Menurut Prof. Dr. Arief Rachman, seorang pakar riset dari Universitas Indonesia, “Budaya kreativitas riset harus ditanamkan sejak dini kepada para akademisi. Mereka harus diberi ruang dan dukungan untuk berpikir out of the box dan melakukan riset yang groundbreaking.”
Namun, sayangnya budaya kreativitas riset di kalangan akademisi Indonesia masih tergolong rendah. Banyak akademisi yang lebih memilih untuk mengikuti arus dan tidak berani untuk mencoba hal-hal baru. Hal ini mengakibatkan rendahnya produktivitas riset di Indonesia.
Oleh karena itu, para pemangku kebijakan dan pimpinan perguruan tinggi harus berperan aktif dalam menumbuhkan budaya kreativitas riset. Mereka harus memberikan insentif dan reward bagi para akademisi yang berhasil menciptakan riset-riset inovatif.
Menurut data dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, hanya 30% dari total akademisi di Indonesia yang aktif dalam riset. Hal ini menunjukkan masih rendahnya minat para akademisi untuk melakukan riset.
Namun, ada juga contoh yang menginspirasi seperti Dr. Andi Hakim Nasoetion, seorang dosen muda dari Universitas Gadjah Mada yang berhasil menciptakan teknologi baru dalam bidang pertanian. Beliau mengatakan, “Kunci dari budaya kreativitas riset adalah keberanian untuk mencoba dan terus belajar. Jangan takut untuk gagal, karena dari kegagalan lah inovasi lahir.”
Dengan semangat dan komitmen bersama, kita bisa menumbuhkan budaya kreativitas riset di kalangan akademisi Indonesia. Mari kita dorong para akademisi untuk berani mengambil langkah baru dan menciptakan riset-riset yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.